Read more WTF stuff 👉

Search whatever here 👇

31.7.15

Mengapa Kebijakan Jam Sekolah Dasar di Purwakarta Berbahaya bagi Anak Anda?


Pemerintah Kabupaten Purwakarta berencana akan memberlakukan kebijakan perubahan jam masuk sekolah pada SD dan SMP. Tidak tanggung-tanggung, menurut artikel SINDO ini, jam masuk sekolah baru akan diatur menjadi sebagai berikut:
  • Pedesaan
Masuk sekolah: Pukul 06.00 WIB
Pulang sekolah: Pukul 10.00 WIB

  • Perkotaan
Masuk sekolah: Pukul 08.00 WIB
Pulang sekolah: Pukul 15.00 WIB

Alasannya?

Kebijakan ini digulirkan demi efektivitas belajar anak usia produkif. Mereka yang tinggal di pedesaan cenderung bangun lebih pagi. Bahkan, mereka sudah bangun dari pukul 04.00 WIB dan langsung menunaikan salat subuh ke masjid.

"Untuk itu, tahun ajaran baru nanti pelajar yang ada di pedesaan ini masuk sekolah pulul 06.00 WIB. Ya, gak ada istirahat karena pukul 10.00 WIB, mereka langsung pulang. Sepulang dari sekolah, mereka bisa membantu orangtua mereka," ujar Kang Dedi.

Menurut dia, anak usia produktif tidak harus dibebani maeteri pelajaran terlalu banyak di sekolah. Sebab, esensi belajar luas artinya, bukan hanya di sekolah yang terus ditekankan pada belajar membaca menghitung, dan menghapal saja.

Kegiatan belajar anak juga membantu orangtua memasak, menanam pohon di kebun, mencari rumput untuk hewan peliharaan, membuat permainan tradisional. Bahkan, bermain dengan teman-teman di rumah.

"Sementara untuk pelajar di perkotaan diperbolehkan jam belajar mulai pukul 08.00 WIB agar siswa-siswa ini dibiasakan sarapan pagi bersama orangtua dan berangkat sekolah bareng orangnya yang berkerja. Bukan berarti anak di kota bangunnya siang, tapi mereka sering sekali menghadapi kemacetan ketika berangkat sekolah," jelasnya.

Anak yang diperkotaan ini, harus pulang sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Alasannya, lingkungan di perkotaan berbeda dengan di pedesaan. Anak-anak di perkotaan terkadang mengisi waktu sepulang sekolah dengan bermain game online, bahkan nongkrong di mal-mal.

"Jadi harus dibedakan. Selain itu, alasan lain kenapa siswa di kota harus pulang sore agara mereka juga bisa dijemput orangtuanya yang pulang berkerja. Dan kemudian kembali berkumpul dengan orangtuanya," tutur Kang Dedi.


source: http://daerah.sindonews.com/read/997560/21/pelajar-di-purwakarta-masuk-sekolah-jam-6-pagi-1430811615
Kebijakan ini digulirkan demi efektivitas belajar anak usia produkif. Mereka yang tinggal di pedesaan cenderung bangun lebih pagi. Bahkan, mereka sudah bangun dari pukul 04.00 WIB dan langsung menunaikan salat subuh ke masjid.

"Untuk itu, tahun ajaran baru nanti pelajar yang ada di pedesaan ini masuk sekolah pulul 06.00 WIB. Ya, gak ada istirahat karena pukul 10.00 WIB, mereka langsung pulang. Sepulang dari sekolah, mereka bisa membantu orangtua mereka," ujar Kang Dedi.

Menurut dia, anak usia produktif tidak harus dibebani maeteri pelajaran terlalu banyak di sekolah. Sebab, esensi belajar luas artinya, bukan hanya di sekolah yang terus ditekankan pada belajar membaca menghitung, dan menghapal saja.

Kegiatan belajar anak juga membantu orangtua memasak, menanam pohon di kebun, mencari rumput untuk hewan peliharaan, membuat permainan tradisional. Bahkan, bermain dengan teman-teman di rumah.

"Sementara untuk pelajar di perkotaan diperbolehkan jam belajar mulai pukul 08.00 WIB agar siswa-siswa ini dibiasakan sarapan pagi bersama orangtua dan berangkat sekolah bareng orangnya yang berkerja. Bukan berarti anak di kota bangunnya siang, tapi mereka sering sekali menghadapi kemacetan ketika berangkat sekolah," jelasnya.

Anak yang diperkotaan ini, harus pulang sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Alasannya, lingkungan di perkotaan berbeda dengan di pedesaan. Anak-anak di perkotaan terkadang mengisi waktu sepulang sekolah dengan bermain game online, bahkan nongkrong di mal-mal.

"Jadi harus dibedakan. Selain itu, alasan lain kenapa siswa di kota harus pulang sore agara mereka juga bisa dijemput orangtuanya yang pulang berkerja. Dan kemudian kembali berkumpul dengan orangtuanya," tutur Kang Dedi.


source: http://daerah.sindonews.com/read/997560/21/pelajar-di-purwakarta-masuk-sekolah-jam-6-pagi-1430811615

Lalu bagaimana itu bisa jadi berbahaya bagi anak-anak?

1. Kebijakan Ini Melanggar Perbup No 69 Tahun 2015 tentang Pendidikan Berkarakter

Pertama-tama, silahkan membaca Perbup No 69 Tahun 2015 tentang Pendidikan Berkarakter hingga tuntas agar kita berangkat dengan pemahaman yang sama. Kemudian, untuk melihat bagaimana penentuan jadwal di atas melanggar Perbup tersebut, kita bisa melihat pasal 6.
Silahkan disamakan dengan pernyataan di atas.

Kemudian akan muncul pernyataan semacam..

"Alah, cuma beda 30 menit! Gitu aja dipermasalahkan!"

Ya, mesti dipermasalahkan. 1 juta rupiah kurang 500 rupiah tidak akan bisa kita sebut 1 juta, mengantri itu penting, membuang sampah sekecil apa pun pada tempatnya itu penting, dan lain-lain. Bangsa ini sudah terlalu sering menjadi pribadi yang permisif terhadap hal-hal yang mungkin awalnya dianggap sepele, kemudian ternyata berdampak besar dan berlangsung lama.

Kebijakan yang--seperti biasa--minim riset ini akan kontraproduktif terhadap stabilitas pelaksanaan manajemen pendidikan dasar di Purwakarta.

Awalnya, Perbup yang dilanggar, bisa-bisa nanti UUD dan nilai-nilai Pancasila, itu kalau kita terus menjadi masyarakat yang permisif.

2. Riset Medis: "Merenggut" Jam Tidur Anak


Finlandia dan Korea Selatan sama-sama menetapkan jam masuk sekolah dasar antara pukul 08:00-09:00 pagi. Itu pasti karena mereka mengerti dan merupakan bangsa yang menggunakan otaknya untuk benar-benar berpikir dan hatinya untuk benar-benar menjadi peka.

Mengapa saya mengambil sampel dua negara tersebut? Dua negara itu adalah negara-negara yang menurut survey Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memiliki sistem pendidikan terbaik se-dunia. Ya, di dunia ini, bukan yang dunia gaib.

Jadi, mari kita mulai berhenti untuk melantur dalam pembuatan kebijakan, dan mulai berpikir ilmiah demi nasib para generasi penerus bangsa ini.

Riset tentang dampak jam masuk sekolah terhadap kesehatan anak dan performa akademis telah dilakukan oleh banyak ilmuwan lebih dari 30 tahun. Hasilnya?


  • The National Institutes of Health and the American Lung Association of New England menyatakan bahwa jam masuk sekolah yang terlalu pagi merupakan faktor yang berkontribusi kekurangan tidur pada anak. Epidemilogis terkemuka, Janet Croft Ph.D., menyatakan bahwa jam masuk sekolah yang terlalu pagi sungguh merusak, memaksakan dan membebani anak-anak.
  • Pada tahun 1994, para ilmuwan dan ahli pola tidur menyarankan waktu sekolah setidaknya dimulai pada  pukul 8:30 pagi.
  • Penelitian oleh Wolfson dan Carskadon (1998) menyatakan bahwa anak-anak yang memiliki jam tidur yang cukup lebih berprestasi daripada anak-anak yang kurang tidur.
  • Pada tahun 2010, hasil penelitian meta-analisis (penelitian yang menggabungkan statistik banyak penelitian) menunjukkan kurangnya jam tidur pada pelajar umur 8-18 tahun secara signifikan sangat berkaitan dengan prestasi akademis yang rendah.
  • Dan lain sebagainya..
Tentu saja, sebuah karya ilmiah hari ini dapat disanggah oleh sebuah karya ilmiah esok hari. Oleh karena itu, akan sangat baik jika para stakeholders dari orangtua, murid hingga guru dapat menagih kepada Pemda atau para wakilnya di parlemen daerah untuk menunjukkan teks akademis dasar kebijakan tersebut guna membantah uraian riset yang telah dilakukan para ilmuwan di atas.

Itu jika memang ada yang merasa dirugikan dengan kebijakan baru tersebut. Jika tidak? Ya sudilah kiranya dijalani saja.

3. Kebijakan Diskriminatif dan Stereotipikal

Dengan gamblang, bunyi peraturannya saja sudah mendiskriminasi mana anak perkotaan dan mana anak pedesaan. Secara tidak langsung, masyarakat "diarahkan" untuk membentuk stereotip bahwa  anak-anak perkotaan ya 'seperti itu' kesehariannya, begitu juga anak-anak pedesaan.

Yang paling parah adalah ketika keseharian anak-anak perkotaan dan perdesaan diatur harus seperti itu. Ayolah, keseharian mereka pun harus diatur pemerintah daerah? Lalu apa fungsi orangtua? Bagaimana dengan nilai kebebasan anak-anak untuk bertualang?

Jika kebijakan tersebut berjalan dengan lancar, jangan heran jika suatu hari akan terdengar hal-hal semacam, "Loh? Kamu kan begitu kesehariannya, ya kamu anak desa, saya anak kota! Begitulah terima saja." Ngeri, jika mindset diskriminatif telah tertanam di kepala anak-anak.

Saya sulit untuk memahami mengapa dengan sengaja membuat fragmen-fragmen anak kota dan desa ketika kita bisa menyebut semua anak-anak Purwakarta ya dengan sebutan yang sama; "Anak-anak Purwakarta".

Penutup

Walaupun saya sudah tamat bersekolah di Purwakarta dan, Alhamdulillah waktu itu, tidak 'menikmati' kebijakan seperti ini, saya enggan mengucapkan, "Untung sudah lulus, jadi tidak perlu bersekolah jam 6 pagi," karena itu akan menggerus rasa empati saya terhadap para orangtua dan murid di Purwakarta yang berjuang mati-matian, ikhlas tidak ikhlas menjalankan kebijakan ini sebagai warga negara yang baik.

Saya hanya bisa membayangkan jika kebijakan ini menimpa saya, istri dan anak saya dan kemudian mendengar ucapan "untung" tadi.. Pasti kami kesal.

@ijey

28.7.15

Astagfirullah! Artikel Kebencian dan Fitnah Ternyata Menguntungkan Jejaring Sosial Milik Seorang Yahudi

Anda tahu siapa Mark Zuckerberg? Dia adalah salah satu orang Yahudi paling berpengaruh di dunia. Setidaknya itu menurut The Jerusalem Post. Nah, ini juga bukan sebuah rahasia bahwa ia merupakan pemilik Facebook, sebuah jejaring sosial yang sebenarnya sedang menuju jurang ketidakmenentuan yang kemudian nampaknya sedang 'diselamatkan' oleh orang-orang Indonesia yang kelihatannya sangat membenci--entah agama atau kaum--Yahudi.

Bagaimana bisa ironi itu terjadi? Berikut observasi saya.

1. Anomali Newsfeed Facebook Indonesia

Karakteristik Newsfeed pengguna Facebook aktif di Indonesia telah mengalami transformasi yang cukup dramatis. Dari mulai bertaburannya pernak-pernik Mafia Wars dan FarmVille hingga, yang menyedihkan saat ini adalah, bertaburannya artikel bernuansa kebencian, provokatif, non-ilmiah yang mengarah kepada fitnah. Semakin sini, rasanya semakin terasa menyimpang aspek logikanya.


Tidak jarang embel-embel 'konspirasi Yahudi', 'Iluminati', 'Freemason' hingga 'Neo-Liberal' disangkutpautkan dalam peristiwa apa saja dalam artikel abal-abal yang orang-orang tersebut bagikan di Newsfeed. Apakah sebenarnya mereka sedang membicarakan hal yang benar-benar mereka pahami? Entahlah, hanya mereka dan Tuhan yang Maha Penyayang yang mengetahui.

 2. Potensi Keuntungan Ekonomis bagi Facebook

Sebenarnya, para penyebar fitnah dan kebencian sedang melakukan free marketing kepada orang-orang untuk kembali mengakses Facebook. Betapa tidak? Facebook disebut sebagai satu-satunya jejaring sosial yang pengguna aktifnya menurun di survey milik GW Social sepanjang 2014.

Sementara itu, para manusia tidak bertanggungjawab pembenci segala itu menjadikan Facebook sebagai hub atau penghubung antara audiens dengan website artikel abal-abal. Otomatis, traffic Facebook akan terangkat dengan semakin banyaknya orang yang kembali mengunjungi Facebook karena penasaran dengan artikel-artikel menyimpang tersebut.

Sementara itu, tujuan website abal-abal itu juga adalah bisnis dimana banyak pihak bisa menyimpan iklan di website mereka melalui skema:  

Pengguna Facebook Yang Belum Tercerahkan->Link Artikel Kebencian->Website Abal-Abal->Klik Iklan di Situs Abal-Abal.

Nampaknya, mereka adalah penopang panjangnya nafas Facebook hingga hari ini. Mark berhutang banyak kepada mereka

Apakah itu berarti Facebook untung? Dari segi penambahan pengguna aktif pasti ya. Yang terpenting adalah free marketing yang berhasil mengembalikan users ke Facebook melalui artikel abal-abal, sehingga potensi iklan-iklan yang dipasang di Facebook diklik oleh mereka yang kembali ke Facebook akan semakin besar.

Buktinya saya yang sudah berhenti membuat status Facebook semenjak 3-4 tahun lalu 'dipaksa' untuk aktif kembali karena ketertarikan saya terhadap anomali yang menggangu logika dan hati nurani tersebut. 
Semenjak saya mulai aktif kembali, jujur saja saya sempat beberapa kali mengklik sidebar ads Facebook tentang beberapa produk maupun paid article yang judulnya tidak kalah bombastis dan isinya tidak kalah trivial dengan artikel abal-abal yang sedang kita bahas di sini. 

Saya yakin saya tidak sendiri.

Klik ini jika Anda ingin mengetahui lebih jelas bagaimana Facebook mendapatkan uang dari iklan maupun non-iklan.

Saya menyadari bahwa kita, setiap manusia, memiliki kecenderungan untuk menjadi seorang Masokis, yaitu menemukan kenikmatan dalam hal-hal yang mengerikan, menjijikan atau menyakitkan kepada diri kita sendiri, contohnya seperti membaca fitnah, provokasi dan kebencian yang ada di dalam sebuah artikel. Begitulah mungkin bagaimana pengunjung baru (maupun lama) Facebook kembali mulai membaca Newsfeed mereka yang mulai menyimpang.

Satu hal lagi, saya tidak mengerti apa yang salah dengan menjadi seorang Yahudi? Itu adalah sebuah agama, dan setiap orang bebas meyakini apa yang mau mereka yakini. Dan jika Yahudi adalah sama dengan pemerintah Israel yang jahat, itu tidak sepenuhnya benar karena banyak warga negara Israel yang beragama Yahudi yang tidak setuju dengan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintahnya.

Pemerintahannya bukan agamanya.
Seperti, saya sebagai muslim tidak terima jika Islam dicap sebagai agama penyebar teror, kebencian, fitnah, provokasi, karena memang itu tidak benar. Islam itu satu, muslim itu banyak.

Saya mengajak agar para penikmat artikel abal-abal segera menyadari bahwa masyarakat sudah banyak yang resah dengan anomali di atas. Sebuah petisi bahkan sudah dibuat, menandakan bahwa kampanye kebencian yang dilakukan oleh para pembenci segala itu sudah tidak bisa ditoleransi.

Kutipan dari Quraish Shihab di atas akan menjadi penutup sekaligus pengingat bahwa kita jangan bernafsu dan bodoh untuk secara bulat-bulat menelan informasi yang jorok dan berserakan. Berpikir kritis dan melakukan riset itu penting. Itu jika kita ingin berjihad.

14.7.15

5 Alasan Anda Harus Menyekolahkan Anak Anda di Purwakarta


It is the nature of satire that not everyone gets it.” -U.S Court of Appeals D.C Circuit, 2013


Setiap menjelang tahun ajaran baru ada yang namanya Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di setiap sekolah seluruh Indonesia. Purwakarta, menurut penelitian mendalam saya, merupakan Kabupaten yang paling sukses menyelenggarakan PPDB di Indonesia. Mengapa? Berikut alasannya:

1. PPDB Online berjalan 100%

Negara telah menyediakan fasilitas PPDB Online agar pelaksanaan PPDB terlaksana secara transparan dan praktis dalam menunjang sistem zonasi. PPDB Online Purwakarta sudah sangat siap, dan sudah pasti diimplementasikan di seluruh jenjang sekolah yang diharuskan di Purwakarta.

Melalui PPDB Online, prestasi tertinggi dari seorang murid akan dikonversi menjadi nilai yang mengacu pada panduan konversi nilai dari Dinas Pendidikan Provinsi masing-masing. Sehingga, jika seorang anak memiliki nilai akademis biasa saja namun memiliki prestasi lain di tingkat Provinsi/Nasional, ia mungkin sekali dapat bersaing ketat dengan anak yang hanya tinggi  prestasi akademisnya.

Sama sekali tidak ada kongkalikong dalam proses ini. Tanya saja para pejabat di Purwakarta jika Anda tidak percaya.

2. Praktik PPDB Bersih dan Transparan

Ini penting, praktik PPDB yang bersih dan transparan. Alhamdulillah, seluruh pemangku kepentingan dari mulai orangtua murid hingga para guru merasa bahagia dan puas dengan proses PPDB yang berlangsung dengan bersih dan transparan di Kabupaten Purwakarta.

Sama sekali tidak ada ancaman atau campur tangan kotor pihak lain.

Setiap wali murid dapat memperoleh informasi yang lengkap dan jelas mengenai mengapa anak-anak mereka diterima atau tidak diterima di suatu sekolah. Tidak ada pungutan sepeserpun dalam PPDB, tidak ada daftar nama siswa titipan dari orang-orang yang memiliki kekuasaan materi maupun jabatan seperti di zaman purba kala.

Masyarakat Purwakarta menganggap praktik seperti itu merupakan salah satu perbuatan paling rendah yang seorang manusia dapat lakukan. Oleh karena itu, atas arahan Bupatinya yang bersih dan transparan, seluruh stakeholder dapat menjalankan proses PPDB juga dengan bersih dan transparan.

3. Semua Anak Pasti Sekolah

Semua anak pasti akan bersekolah di Purwakarta, meskipun bukan di sekolah yang ia kehendaki. Yang penting, seluruh aspek persyaratan untuk masuk ke sekolah tersebut terpenuhi—tanpa suap-menyuap atau jasa calo/broker/pihak ketiga sekalipun—pasti anak tersebut akan dapat masuk ke satu sekolah.

Tidak ada calo yang diam-diam menyusupkan daftar anak-anak yang harus masuk ke sekolah tertentu dengan imbalan tertentu, sama sekali tidak ada. Tidak ada sama sekali calo yang meyetor uang ‘pelicin’ dari orang tua yang mau membayar lebih ke pejabat-pejabat di atas sana yang diam-diam juga menikmati uang ‘pelicin’ tersebut. Tidak satupun.

Luar biasa? Itu belum apa-apa.

Purwakarta merupakan Kabupaten paling demokratis di Indonesia, jika orangtua murid tidak setuju dengan pilihan sekolah alternatif yang ditentukan oleh pejabat daerah bagi anaknya yang tidak diterima di sekolah pilihan pertama, maka itu selanjutnya terserah orangtua. Take it or leave it. Tidak pernah ada paksaan di Purwakarta.

4. Komitmen Kuat Bupati Terhadap Pendidikan

Pelaksanaan PPDB yang sukses pasti karena kepala daerahnya yang kompeten dan berkomitmen. Benar saja, Bupati Purwakarta memiliki komitmen yang sangat kuat terhadap pendidikan. Beliau bahkan mengatakan kepada seluruh Followers akun Twitternya, untuk melaporkan  langsung kepadanya jika ada yang  melihat praktik KKN atau praktik kotor dan hina lainnya di PPDB di Kabupaten Purwakarta.

Tidak berhenti di situ. Bagi kami, warga Purwakarta, sekolah negeri selalu menjadi sekolah yang terbaik, dan Bupati sangat memahami pola pikir kami, sehinga baik anak mampu maupun kurang mampu semua pasti bisa masuk sekolah negeri. Lalu bagaimana jika semuanya masuk sehingga daya tampung sekolah negeri tidak sesuai ketentuan dan membludak? Bupati berjanji akan membiayai pembuatan ruangan-ruangan tambahan untuk itu.

Bupatipun sudah dengan brilian mengganti nama sekolah negeri dengan nama – nama tokoh raja-raja Sunda, alhasil, tidak ada lagi sekolah favorit maupun non-favorit. Semua sekolah sama dan tidak ada orang tua yang memaksakan anaknya harus masuk ke sekolah tertentu dengan uang sejumlah tertentu.

Saya kasihan kepada Anda yang tidak memiliki kepala daerah yang berkomitmen tinggi terhadap pendidikan seperti kepala daerah Kabupaten saya.

5. Bandung dan Bogor Baiknya Belajar dari Purwakarta

Bandung yang dipimpin oleh Ridwan Kamil dan Bogor yang dipimpin oleh Bima Arya nampak lebih kerepotan dibandingkan Purwakarta dalam hal pelaksanaan PPDB. Jauh dari semua cerita sukses Purwakarta di atas, di Bandung setidaknya Ridwan Kamil menemukan lima kasus kecurangan PPDB.

Payah.

Di Bogor, Bima Arya menemukan kejanggalan data di PPDB online. Jadi, sudah jelas, Purwakarta relatif jauh lebih berprestasi dari dua kota tersebut. Kami Istimewa. Jadi, Anda masih ragu kalau di Purwakarta tidak ada kecurangan dalam praktik PPDB? Datanglah kemari dan tanya sendiri kepada para pejabat terkait kalau tetap tidak percaya.

Tapi jika Anda menemukan sesuatu yang menyimpang dan tidak sesuai dengan hasil penelitian saya di atas—walaupun saya tidak yakin Anda akan menemukannya—sangat boleh untuk berbagi cerita dengan saya, orang-orang sekitar yang bisa membantu atau bahkan bisa langsung dilaporkan kepada Bupati Purwakarta yang komitmennya tinggi terhadap pendidikan.
Masa depan yang cerah bagi dunia pendidikan Purwakarta nampaknya akan semakin gemilang. 

Saya semakin optimistis untuk menyekolahkan anak saya di Purwakarta nanti.

Saya rasa Anda juga harus mulai memikirkannya.

Tell me anything. Go on.

Name

Email *

Message *