Read more WTF stuff 👉

Search whatever here 👇

26.9.16

Bread and Milk

credits

Dear Jenny, I've learned that the best age to start a family is twenty-six
we're not married, palpably
but you told me to consume less fritters
you told me to eat bread and milk in the morning like you do
you told me you got it from your Mom, the prescription of being fit

appreciate the dairy products advice
Jenny, I'm scared
it feels good, yet it feels so bad about you wanting to see me alive a little longer
that's not some strangers usually do

some people just want to see me dying regardless.
what if you had to walk away towards nebulous path?
what if we're not meant to be?
Jenny, how's your lover Aiden going?

24.9.16

Menjelaskan Loafer, Espadrille dan Boat Shoe

Espadrille, Boat Shoe dan Penny Loafer

Rekan kerja saya, Mardian Marsono, beberapa hari lalu bertanya, "Kok lu pake sepatu gak pake kaos kaki?" 

Semacam itulah.

Pertanyaan tersebut muncul saat saya mengenakan Loafer berwarna cokelat ketika kita pulang bersama menuju kantor dari aktivitas makan siang rutin yang membosankan. Pertanyaan itu juga yang merangsang saya untuk membuat tulisan ini.

Saya pribadi berpikir akan lebih bagus sih kalau kita mengetahui apa, mengapa dan bagaimana kita memakai barang yang kita beli. Bahkan, akan lebih menarik ketika kita dapat menjelaskan sejarah dibalik barang-barang tersebut.

Melalui tulisan ini, bagi yang belum mengetahui, saya akan menjabarkan beberapa poin mengenai tiga jenis sepatu yang biasanya dipakai tanpa kaos kaki ini. Kebetulan semuanya tersedia di kantor dan dipakai oleh orang-orang yang berbeda.

1. Loafer

Penny Loafer

Loafer merupakan sepatu nasional Norwegia yang pertama kali dibuat oleh Nils Gregoriusson Tveranger di sebuah kotamadya bernama Aurland. Di Norwegia, sepatu ini disebut Aurlandssko atau Aurland Shoe.

Di tahun 1908 Nils,  yang pernah belajar membuat sepatu di Chicago, mengeluarkan desain awal Aurland Shoe. Di tahun 1930an, semakin banyak yang meniru desain tersebut dan sepatu ini semakin populer. Salah satu perusahaan Amerika Serikat yang meniru desain dan membuat Loafer semakin populer adalah Bass Company yang menyebut sepatu itu Weejuns (Norwegian?).

Setidakya ada tiga jenis Loafer yang paling populer:
  • Penny Loafer
 
Penny Loafer dengan koin di saddle-nya
Salah satu arti kata Penny adalah receh atau koin. Nah, sepatu yang juga disebut sepatu petani Norwegia itu dipahami sebagai sepatu tanpa tali, dan saat itu Weejuns didesain oleh Boss Company untuk memiliki semacam sela pengganti pengikat tujuannya sebatas estetika saja.
credits


Setidaknya ada dua versi cerita menarik dalam menjelaskan Penny Loafer:
    • Anak-anak sekolah dan pasangan yang berkencan ketika itu memanfaatkan sela Penny Loafer untuk menyimpan penny atau koin untuk jaga-jaga jika ada keadaan darurat yang mengharuskan mereka menelepon menggunakan payphone atau telepon koin.
    • Di Norwegia, jika di sela Penny Loafer seseorang terdapat satu koin tiøring (koin kuno Norwegia), maka bisa dipastikan dia itu masih Single.
  • Tassel Loafer
 
Tassel Loafer
Tassel artinya rumbai. Kabarnya, aktor Paul Lukas yang bermain di film The Lady Vanishes (1938) dan Watch on the Rhine (1943) adalah orang yang pertama kali berkeliling mencari tukang sepatu untuk melahirkan desain yang menggabungkan Loafer dengan unsur sepatu Oxford rumbai ini.
  • Horsebit Loafer

Gucci Horsebit Loafer
Horsebit adalah tali pengekang yang biasa kita lihat di mulut kuda. Setelah perang dunia 1, Guccio Gucci yang bekerja sebagai penjaga lift di Hotel Savoy London selalu memperhatikan sekeliling terutama gaya berpakaian para tamu elit yang ia layani saat itu.

Sepulangnya ke Italia, Gucci yang kabarnya terinspirasi dengan perbincangan mengenai balap kuda dan olahraga Polo, mengeluarkan produk Horsebit Loafer pertama di tahun 1953 dan semakin populer hingga sekarang.

2. Espadrille

Espadrille teman saya, Fasya
Espadrille dibaca "Espadril". Kata tersebut berasal dari bahasa Catalonia, Spanyol, Espardenya yang merujuk pada tumbuhan seperti rumput bernama Esparto yang digunakan sebagai bahan Espadrille. Di Catalonia sendiri, Espadrille merupakan sepatu tradisional yang biasa dipakai oleh para penari Sardana.

Penari Sardana di Catalonia
Sepatu yang sudah berumur 4000 tahun yang berasal dari pegunungan Pyrenees ini semakin populer di kalangan millenials. Bahkan, Pablo Picasso juga pakai Espardille!

Pablo Picasso dengan Espadrille



Penampakan Espadrille yang otentik dengan tali hingga tumit


Interpretasi Espadrille masa kini


3. Boat Shoe

 
Boat Shoe
 
Boat Shoe adalah jenis sepatu yang biasa didesain oleh Paul Sperry, seorang pelaut yang suka sekali dengan perahu, untuk melakukan aktivitas di dok kapal kayu yang licin. Sperry kemudian terinspirasi oleh anjingnya yang bisa mencengkram kokoh meskipun berlari di atas es. 
 
Ia melakukan observasi, dan menemukan Herringbones pattern atau Pola Tulang Ikan Haring di tapal kaki anjingnya yang kemudian ia terapkan ke Boat Shoe. Usaha Sperry sukses sehingga Boat Shoe semakin populer di kalangan pelaut dari berbagai negara.


 
Hingga kini, Sperry masih menjadi brand unggulan untuk Boat Shoe. Di tahun 1935, Boat Shoe pertama diperkenalkan ke pasaran oleh Sperry yang kira-kira terlihat seperti ini:



credits
Sayangnya, masih ada sejumlah pramuniaga sepatu offline di Indonesia yang masih fami-lieur dengan nama-nama sepatu di atas. Dengan kata lain, mereka hanya menjual sepatu tanpa tahu apa jenisnya, boro-boro sejarahnya mah.

Tapi, ga apa-apalah, bebas. Engga dosa ini, kan?

Apakah kita belajar sesuatu hari ini?

20.9.16

9 Important Points on How to Attract Journalist (not Romantically) According to Prita Laura

Prita Laura

Prita Laura is an attractive, smart, wonderful journalist at Metro TV. She's been in the business for about 13 years now.

Oh, as you can see, she admits that she's an avid lover of the sea. And she's married. Ah..

But, what's more important here right now is her insights on how to have a better, professional communication with journalists.

On May 2016, I attended an event organized by PR Newswire Asia at Sari Pan Pacific Jakarta where Prita shared nine points to take into account to make stories more attractive for journalists. It's actually a modified Journalism 101.

She believed that if we wanted our story to be heard by journalists, first and foremost, we had to think like journalists. In a nutshell, there are some aspects to consider to make our story newsworthy.

Yep, we're also about to know the reasons why journalists keep on broadcasting, if not reporting, Jessica's trial, Mario Teguh, Marshanda or AwKarin drama.

1. Prominence


People love stories about famous people. And journalists are people too. In fact, the story shouldn't

16.9.16

Walk in My Shoes: The (Boring) Life of Ijey



Walking for lunch. That's Oji's head and he's text-walking. Bad example for kids.


Before regretting yourself for reading this piece of writing, I’d like to remind you that you can’t unread this. 

You’ve been warned.

Some of you might have read the “5 Reasons Why Ijey’s Still Single”. This piece  might reveal the number six and so on.

Through this piece, I’d like you to seemingly live a certain somehow boring life of mine. I’ll be your eyes and your eyes will be mine.

In a nutshell, you’ll walk in my shoes… Sort of…

It's 15 September 2016. Let's start from the view that I always see when I wake up every morning.

Tell me anything. Go on.

Name

Email *

Message *