Read more WTF stuff 👉

Search whatever here 👇

31.1.17

Literatur Histeris: Sastra di Atas Meja, Seks di Bawah Meja




Tidak, Anda tidak salah membaca judul di atas.

Literatur Histeris atau Hysterical Literature merupakan sebuah art project milik Clayton Cubitt, seorang fotografer dan videografer asal New York, Amerika Serikat, yang menjelajahi feminisme, penggambaran distraksi, dan pengendalian fisik dan pikiran.

Project ini dilakukan pada tahun 2012, dan saya baru mengetahuinya secara pribadi di tahun 2016.

Tetap amat sangat menarik untuk ditonton.

Literatur Histeris, secara sederhana, adalah ketika para wanita membaca karya sastra kesukaan para model tersebut di belakang meja. Sementara itu, di bawah meja, mereka dipasangi sebuah vibrator.

Dengan kata lain, Clayton mencoba menggabungkan sastra di atas meja dan seks di bawah meja.




Project ini mencoba menggambarkan ‘pertarungan’ antara badan dan pikiran, menunjukkan perbedaan antara seni dan seks, terutama dalam bagaimana manusia bereaksi terhadap percampuran antara keduanya. Project ini juga mencoba menampilkan ‘pertarungan’ antara konsep "malu" dengan seksualitas wanita.

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai Hysterical Literature silahkan klik ini.

Sekarang, mari kita tonton dengan sabar dan khidmat video favorit saya dari Hysterical Literature, Stoya:




26.1.17

Cara Ini Berhasil Menjadikan Facebook Saya Sehat Dari HOAX dan Posting Kebencian




Saya mengerti, akhir tahun 2016 hingga awal 2017 ini bukanlah masa-masa paling mudah yang pernah kita lalui sebagai orang Indonesia yang memiliki terlalu banyak waktu luang untuk berada di media sosial, terutama Facebook.
 
Saya tidak tahu dengan Anda, tapi saya adalah bagian dari orang-orang yang merasa frustrasi ketika setiap hari melihat Facebook dihiasi dengan postingan yang mencerca agama, ras, dan suku tertentu. Belum lagi informasi-informasi bohong yang terkandung di dalamnya.



Rasa frustrasi itu lengkap ketika saya sudah sulit lagi menilai apakah orang-orang di Facebook ini adalah orang-orang baik yang sama yang dulu saya kenal ketika mereka mulai memaksakan kehendak mereka terhadap orang lain yang tidak sependapat. Belum lagi penghakiman atas pengetahuan dan keimanan agama atas mereka yang berbeda yang tidak jarang diserang. Gak habis pikir.

Tapi, saya senang sekali sekarang, karena saya pada akhirnya menemukan cara yang terbaik mengembalikan kesehatan Facebook yang mulai hilang di akhir 2016.

Tanpa harus memutus tali silaturahmi dengan teman atau keluarga yang bersebrangan sikap di Facebook, dan tanpa harus membaca postingan penuh kebencian berbalut agama mereka, akhirnya saya bisa kembali menikmati Facebook dengan rasa bahagia seperti 2.000.000 tahun yang lalu.


Dan, ternyata, solusi yang saya dapat ini merupakan fitur yang telah lama disediakan oleh Facebook itu sendiri. Jadi, saya rasa tidak perlu menuntut Facebook untuk memblokir akun tertentu atas ujaran kebencian karena kita, manusia, diberikan akal untuk dapat menjelajahi fitur Facebook dan menjadikannya bermanfaat setidaknya bagi kita sendiri.

Solusinya adalah fitur See first di halaman kesukaan Anda. Tampilannya ada di gambar di bawah ini:



Saran saya, jangan hanya See first satu halaman kesukaan Anda, tapi lakukan minimal pada 8 halaman kesukaan Anda, dan nikmati energi positifnya dari setiap pagi Anda membuka Facebook hingga malam sebelum Anda tidur.

Saya senang sekali ketika setiap pagi siang malam bisa belajar dan menikmati minat saya dari halaman yang bisa meningkatkan kualitas saya sebagai manusia setelah men-See first-kan halaman 
seperti:

  • Dan 98.564.828 halaman kesukaan saya lainnya

Nah, semoga tips ini dapat membuat Facebook, pikiran, jiwa dan emosi Anda kembali ke kondisi terbaik, bahkan menigkatkan kualitas Anda sebagai manusia yang penuh nuansa positif. Semoga bermanfaat.

Silahkan dicoba dan rasakan sensasi hari-hari yang positif setelahnya.

Jazāk Allāhu Khayran.


17.1.17

5 Things I Like About “La La Land” No One Cares About



I'm relevant, you know. I'm just like the other. I watched "La La Land" and I liked it.

To be more specific to you, there are at least five things that I like from the movie.

1. A Wingtips Dual-Tone Shoe is Cool


I’ve known this shoe for a long time, but I've never known how to merge it with the clothing style until I watched Robert De Niro's "New York, New York".


And then, "La La Land" came up to widen my horizon of styling this dual tone shoe in a more modern context. Surprisingly, and even better, Emma Stone wore that too in the film. I think, people who are into vintage stlye like me can now be more confident in purchasing this kind of shoe and styling it now because of the success of "La La Land".

2. A Long and Deep Conversation is Fucking Romantic

I'm a big fan of long and deep conversation. The movie has strengthen my belief in this deeply romantic activity. I love every philosophical questions uttered in every of Seb and Mia conversation.

A long and deep conversation might not be physical. But I believe that to get physical I should be able to fuck woman's mind. If I couldn't do that, I wouldn't deserve any.
 

3. A Classic Daniel Wellington-style Watch is Cool


I was quite lucky to have bought a new watch in Bandung that looks like Ryan Gosling's in the movie. I don't know the watch's brand he was wearing, but it looks like Daniel Wellington's classic Sheffield.

It just looks simple and classy.

4. A Woman in Plain White Shirt is Super Attractive

Emma Stone's appearances in the movie have been hypnotizing the bejesus out of me. One thing that I've never anticipated was the simple white shirt that she wears everytime she works as a barista.

This confirms how defenseless I am to simplicity.

5. A “Big Fan” Romantic Partner is Awesome


"La La Land" has taught me that a romantic relationship is beyond physical or sexual intercourse. It's way more than that.

A more fucking awesome thing that I thought was awesome was when we become the biggest fan, the biggest supporter to our partner for whatever s/he dreams of in life as it should be.

All of us need a legitimation that we're good enough in doing shits, and when it constantly comes from someone that means so much to us, that's a big deal. The feeling is real.

14.1.17

Ungkapan “Sebelum Janur Kuning Melengkung” Adalah Ungkapan yang Egoistis dan Kejam

Janur Kuning Melengkung (sumber)


Tidak. Saya tidak pernah memiliki pasangan yang kemudian direbut oleh orang lain. Sebaliknya, saya malah seringkali (selalu?) berada di posisi lelaki yang jatuh hati kepada pasangan lelaki lain.

Banyak teman dan saudara saya yang menyemangati, “Sebelum Janur Kuning Melengkung” (sebelum wanita yang saya suka resmi menikah) saya harus terus mengejarnya, merebutnya dari kekasihnya.

Namun, setelah belum lama ini saya jatuh hati kembali kepada pacar orang lain setelah sekian lama, saya banyak belajar dari hasil refleksi dan obesrvasi saya dalam memaknai ungakapan “Sebelum Janur Kuning Melengkung”.

Hingga akhirnya saya berkesimpulan bahwa ungkapan tersebut adalah salah satu ungkapan paling egoistis dan kejam yang orang katakan dalam perjuangan mendapatkan cinta (nafsu?). Mengapa?

1. Prinsip yang Egoistis

sumber


Saya percaya bahwa setiap orang memang egois. Namun, beberapa dari kita memiliki kemampuan untuk menahan bahkan mengendalikan ego lebih baik dari yang lain.

Ungkapan “Sebelum Janur Kuning Melengkung” membawa egoisme ke level selanjutnya. Bagaimana bisa kita memiliki hati untuk mendistorsi kenangan, rencana dan harmoni yang telah dibangun melalui diskusi mendalam, dibangun dari canda, tawa, dan air mata sebuah pasangan demi kebahagiaan kita sendiri?

Sekarang, coba tanya kepada diri sendiri, apakah Anda menyukai manusia yang mementingkan dirinya sendiri dalam hal apapun?

2. Jika Anda Bukan Tuhan, Merebut Orang Terkasih itu Kejam

sumber


Sebuah hubungan romantis merupakan bisnis yang melibatkan kepercayaan, kejujuran, komitmen, humor dan hal hebat lainnya. Ketika itu semua berjalan dengan baik, tentu saja sosok orang lain itu menjadi orang terkasih.

Kita mengerti, bahwa suatu hari orang-orang yang kita kasihi akan diambil oleh Tuhan. Kita sadar betul akan hal itu.

Namun, tentu beda rasanya ketika orang terkasih direbut oleh manusia lain, secara tiba-tiba, ketka lengah, terlebih masih berada dalam sebuah ikatan. Bagaimanapun, apapun alasanya, merebut orang terkasih adalah sebuah perbuatan yang kejam, jika Anda bukan Tuhan.

3. Meremehkan Kedewasaan Orang dalam Memilih

sumber


Menyatakan secara jujur bahwa Anda menyukai seseorang adalah satu hal. Namun, merebut seseorang dari kekasihnya adalah hal yang berbeda. Saya selalu berusaha untuk menempatkan kejujuran di atas segalanya; sebuah kejujuran memiliki harga atau nilai tersendiri dan diperlukan usaha yang besar untuk menjadi jujur.

Beritahu dia bagaimana Anda sangat menyukainya. Hal apa dari dirinya yang membuat Anda jatuh hati. Beritahu dia sejujur mungkin. Setelah itu? Biarkan dia berdiskusi dengan kedewasaan, logika dan perasaannya untuk memilih.

Tidak usah diragukan lagi, saya bukanlah orang yang tersukses dalam membina sebuah hubungan (memangnya ada?) tapi saya selalu percaya bahwa setiap keputusan yang diambil dalam menjalin sebuah hubungan harus selalu bisa dijelaskan secara rasional.

Oleh karena itu, jika saya mencoba sangat keras untuk muncul di antara wanita yang saya sukai dengan pasangannya, artinya saya telah meremehkan kemampuan wanita tersebut untuk mengambil sebuah keputusan yang terbaik bagi dirinya.

Penutup


Tentu saja, pandangan saya ini dapat diperdebatkan. Terlebih, saya juga dengan tangan terbuka menerima anggapan apapun—terutama yang negatif—yang muncul setelah orang-orang membaca ini. Yang terpenting, terima kasih banyak karena telah membaca sejauh ini.

6.1.17

I Sing Your Social Media Posts (ISYSMP): Transformasi Postingan Media Sosial





Beritahu saya jika  ada yang ingin postingan media sosialnya/orang lain saya musikalisasi ya! Kasih tau dengan mention @ijey di Twitter, post di ISYSMP Facebook Page, atau email screenshot-nya ke meizar10@gmail.com. Saya akan lakukan sebisa saya. :)

Ide menyanyikan sebuah Tweet/Instagram Caption/Path Caption/Facebook post dan apapun kata-kata yang orang posting di media sosial bukanlah asli milik saya. I Sing Your Social Media Posts (ISYSMP) merupakan pengembangan dari We Sing Your Tweet milik dua Bapak ini yang menginspirasi saya semenjak 2010. Bedanya, saya tidak membatasi—pada sebuah tweet saja—untuk dijadikan bahan musikalisasi.

ISYMP sendiri baru lahir pada tahun 2014, sempat hiatus selama setahun, dan kini saya mulai kembali tertarik untuk menghidupkannya kembali.

Saya sangat aktif di Twitter (@ijey) dan mengagumi bagaimana manusia dapat membungkus sebuah ide/pemikiran dalam 140 karakter dengan begitu menarik. Melihat begitu banyak hal menarik yang bisa didapatkan dari sebuah posting di media sosial, saya akhirnya berpikir untuk memadukan minat saya di music dengan posting media sosial orang-orang yang bertebaran di berbagai kanal.

Bagi saya, setiap postingan dari setiap akun selalu bersifat unik. Dari segi konten saja, postingan media sosial ada yang mengandung rasa benci yang meledak, rindu yang membuncah, cinta yang mendalam, filosofi yang menggelitik dan sebagainya.

Lebih jauh lagi, musik kemudian memberikan nuansa tertentu, identitas dan suara yang baru terhadap postingan media sosial tersebut berdasarkan hasil interpretasi saya sendiri.

ISYMP benar-benar dilakukan demi kesenangan dan kepuasan pribadi saya semata, dan juga semoga dapat membahagiakan si pemilik postingan tersebut. Pada akhirnya, musik tersebut merupakan milik si pemilik postingan, dan semua orang juga dapat mengunduhnya dengan bebas.

Bagi saya, menyanyikan sebuah psotingan media sosial merupakan cara tersendiri dalam menunjukkan kesukaan, kesedihan, kebahagiaan, keprihatinan, jatuh cintanya dan bahkan ketidaksukaan saya terhadap ide yang terkandung di dalamnya. Tidak semua postingan yang pernah saya nyanyikan merupakan hal yang saya dukung atau sukai, contohnya ini.

Daripada saya ributkan postingan yang bernuansa penuh kebencian di media sosial, rasanya akan jauh lebih baik jika saya nyanyikan saja, bukan?

Tell me anything. Go on.

Name

Email *

Message *