Read more WTF stuff 👉

Search whatever here 👇

16.5.17

Indonesia Tidak Sendiri: Mengenal 10 Organisasi Ekstrim di Eropa (Bagian 2)


 Ok, jika kalian menikmati tulisan bagian 1, mari kita lanjutkan.

6. Austria - Freiheitliche Partei Österreichs (FPÖ)

Pemimpin FPÖ Heinz-Christian Strache
Freiheitliche Partei Österreichs (FPÖ) merupakan partai konservatif Austria yang pemimpin pertamanya adalah seorang mantan fungsionaris Nazi Anton Reinthaller. Di bawah pimpinan Heinz-Christian Strache, partai ini sangat vokal menentang imigrasi dan Islam. Bagi mereka, Islam telah melunturkan kultur "Pribumi Austria". FPÖ memiliki 38 kursi dari total 183 kursi di Dewan Nasional Austria. Not bad.

7. Yunani - Λαϊκός Σύνδεσμος – Χρυσή Αυγή (Golden Dawn)

Pemimpin Golden Dawn Nikolaos Michaloliakos
Golden Dawn merupakan partai yang mengusung fasisme dan berkiblat kepada Nazi. Ideologi partai Neo-Nazi ini adalah anti-globalisasi, anti komunisme, ultranasionalisme, dan eurosceptimism. Pemimpin Golden Dawn Nikolaos Michaloliakos, yang secara terbuka mendambakan rezim Hitler, berhasil membawa partai ini ke posisi tiga teratas di Pemilihan Umum Yunani 2015 dengan 7% suara nasional. Pencapaian tersebut merupakan kesuksesan menjual narasi krisis imigrasi dan anti-muslim.

8. Perancis - Front National

Pemimpin Front National Marine Le Pen
Meskipun namanya mirip dengan Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia, tapi Front National pimpinan Marine Le Pen yang kalah dalam pemilihan Presiden Perancis 2017 merupakan partai yang jauh dari nafas Islam (atau mungkin sama?). Seperti Donald Trump, Marine menganut nilai-nilai proteksionisme, populisme, dan anti-imigrasi terutama dari negara-negara benua Afrika dan Timur Tengah. Hasil dari permainan narasi tersebut bukan main, tahun 2017 Front National dan Marine Le Pen berhasil menjadi penantang tunggal Presiden Perancis terpilih Emmanuel Macron.

9. Hungaria - Jobbik Magyarországért Mozgalom (Jobbik, the Movement for a Better Hungary)

Pemimpin Jobbik Gábor Vona
Jobbik merupakan partai terbesar kedua di Hungaria berdasarkan hasil polls nasional dengan 27% di belakang partai terpopuler di Hungaria Fidesz (40%). Pemimpin Jobbik yang baru berumum 38 tahun Gábor Vona sangat berusaha membentuk imej partai sebagai "Partai Rakyat" sekaligus menyebarkan sentimen anti-Yahudi.

10. Jerman - Alternative für Deutschland (Alternative for Germany)

Pemimpin Alternative for Germany Frauke Petry
Jangan tertipu dengan paras cantik Frauke Petry. Pemimpin Alternative for Germany ini dikenal sebagai sosok yang anti-muslim. Ia pernah menyarankan orang-orang yang melewati batas negara Jerman mesti ditembak di tempat jika perlu. Baginya, Islam akan mengubah kultur pribumi Jerman. Dalam konferensi AfD 2016 dengan slogan "Islam is not a part of Germany", mereka membahas pelarangan penggunaan hijab, pelarangan ibadah bagi muslim, dan pelarangan penyembelihan hewan (qurban). Sejak September 2016, AfD telah memiliki perwakilan di 10 dari 16 parlemen negara bagian Jerman. Polls opini nasional di 2017 menunjukkan AfD merupakan partai paling populer kedua dengan 10% setelah partai Angela Merkel.

Jadi, melihat tren konservatif sayap kanan yang akan semakin berkembang dengan menjual narasi agama dan kesukuan di Eropa, akankah Indonesia akan mengikutinya? Kita semua yang akan menentukan.

Indonesia Tidak Sendiri: Mengenal 10 Organisasi Ekstrim di Eropa (Bagian 1)


Hari ini para penerus bangsa, anak-anak Indonesia kembali akrab dengan berbagai narasi mengenai "Pribumi", "Mayoritas", "Ganyang Cina", dan lainnya. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang terhormat yang telah mendukung dan mempopulerkan narasi tersebut sehingga anak-anak di seluruh Indonesia kini dapat mempertimbangkan untuk meresapi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.


Sebagian orang berkeyakinan bahwa saat ini Indonesia tengah berada di masa kegelapan atau Dark Age. Sebagian pasti setuju dan sebagian mungkin tidak. Namun, bisa jadi itu benar. Jika ukurannya adalah penggunaan narasi pribumi, misalnya, untuk meraih kepentingan sosial dan politik, maka bisa jadi Dark Age itu benar adanya.

Tapi, Indonesia tidak sendiri.

Mari kita mengenal 10 organisasi sayap kanan ekstrim di benua Eropa yang selalu memainkan narasi serupa di atas untuk demi kepentingan sosial, ekonomi, dan politik mereka.

1. Italia - Lega Nord (North League)

Pemimpin Lega Nord Matteo Salvini
Nama panjang organisasi ini adalah Lega Nord per l'Indipendenza della Padania (North League for the Independence of Padania). Selain menjadi partai separatis, ideologi Lega Nord yang dipimpin oleh Matteo Salvini ini adalah anti-imigrasi, anti-globalisasi, dan eurosceptimism. Partai ini rajin "menyalahkan" para imigran muslim di Italia sebagai penyebab lunturnya identitas Kristen dan menurunya ekonomi di Italia. Di tahun 2003, mantan pemimpin Lega Nord Umberto Bossi bahkan pernah menyarankan polisi untuk menembak perahu para imigran dari Afrika yang menuju Italia. Dengan menjual narasi tersebut, Lega Nord berhasil menjadi tiga partai teratas dalam Ipsos Italia Poll dengan 13% Ampuh!

2. Belanda - Partij voor de Vrijheid (The Party for Freedom)

Pemimpin Partij voor de Vrijheid Geert Wilders
Siapa tak kenal Geert Wilders? Orang yang menyamakan Al-Quran dengan Mein Kampf, ia percaya bahwa Islamisasi sedang terjadi di Belanda saat ini, melarang pendirian mesjid di Belanda, dan Geert sangat kencang menolak imigrasi dari negara mayoritas berpenduduk muslim. Geert dikenal sebagai seorang populis atau orang yang sangat mengejar ketenaran, haus akan panggung sosio-politik di Belanda dan dunia. Dengan menjual semua narasi tersebut partainya sempat berhasil menempel ketat partai Perdana Menteri Belanda Mark Rutte.

3. Denmark - Danish People's Party

Pemimpin Danish People's Party Kristian Thulesen Dahl
Para akademisi mendeskripsikan partai ini sebagai partai Pribumi (nativist) Denmark, anti-imigran, dan populis (seperti Donald Trump). Di tahun 2008, pemimpin Dansk Folkeparti Kristian Thulesen Dahl mendeklarasikan partainya anti-muslim. Hebatnya, dengan menjual narasi semacam itu, di 2015, berhasil menjadi partai terbesar kedua di Denmark dengan meraih 21% di Pemilihan Umum.

4. Swedia - Sweden Democrats

Pemimpin Sweden Democrats Jimmie Åkesson
Jimmie Åkesson dari Sweden Democrats yang menyatakan diri sebagai pengagum Donald Trump, merupakan pemimpin satu-satunya partai oposisi di Swedia. Sweden Democrat juga dilaporkan sangat terkait dengan white supermacist dan telah sukses menjual narasi anti-imigran. Buktinya, saat ini Swedish Democrat memiliki 49 kursi di Swedish Riksdag (Parlemen Swedia) dengan 12,9% suara nasional, dan menjadi partai terbesar ketiga di negara tersebut.

5. Finlandia - Perussuomalaiset (Finns Party)

Pemimpin Finns Party Timo Soini
Finns Party atau The Finns merupakan partai "pribumi" yang saat ini menempati posisi kedua sebagai partai terbesar di parlemen Finlandia dengan koalisi yang mereka miliki sekarang. Seperti sahabat mereka di Italia, The Finns juga merupakan partai euroscptimism dan anti-globalisasi. Beberapa anggota partai tersebut dikenal rasis dan senang mendiskreditkan orang dengan keyakinan yang berbeda.

>>>Dilanjutkan ke Bagian 2.

11.5.17

West Java Gubernatorial Election 2018: How to Win Voters' Heart



World knows that former Governor of DKI Jakarta province Basuki Tjahja Purnama has been sentenced to two years for blasphemy. This what makes us so happy as Indonesians.

Our mission's accomplished! Oh, and we always love how our judiciary works (not only for this particular case). Looking forward to 'Ahokizing' (yup, it's a thing) other people in another city or regency in Indonesia!

Anyways...

Let's get into the main course. I'm a Purwakartana legitimate and lawful voter for the upcoming West Java Gubernatorial election 2018who would like to share some tips on how to win West Java voters' heart.  

So, if you're planning to run for West Java office in 2018, you're reading the right source. If these tips don't work as expected, you may file a lawsuit against me. You all know where I live (it's Twitter).

Okay, here are my tips:

1. Make Sure that You're A Muslim, Seriously
First and foremost, it's pivotal to make sure that "Islam" is written in your ID card. No, we don't really fancy non-muslim candidates (especially if you hurt our feelings). We don't really care if you personally practice, let alone internalize, islamic values like tolerance, patience, compassion, and what not. We just care about your religious legal identity.

Here's the fact,  a research by Indikator Politik Indonesia points out most Sundanese who live in East and South Jakarta, who earns IDR 2-4 million/month  are satisfied with Ahok's work as Jakarta Governor but are reluctant to vote for him, and 16% of respondents would vote for Anies-Sandi because they are muslim (believe in the same God as theirs)

And, if you extend your reading on the research, you might find "feelings" factor has played quite significant roles in influencing voters' behavior rather than sole credible track records.

2. Develop Sugar Mouth Skills
Rhetorics. We love them. If you deliver them in the most abstract, flowery, philosophical, smooth, and kind way possible, we love them even more. Anies-Sandi is a perfect example for you to learn. Well, majority of Jakartans seem to love the concept of "Keberpihakan (Partiality)" word, and, hey, it's proven, they’ve elected the leaders they deserve desire. Learn from the best!

Or, you may want to follow Purwakarta Regent Dedi Mulyadi's step by using a more cultural sense of words like Spirit Ki Sunda, Dangiang Galuh Pakuan, or something vernacular like that, you know. These culturally philosophical jargons may effectively attract influential people who really care about Sundanese culture to vote you. Again, always learn from the best.

3. Involve Clerics in Your Campaign
If you’re financially capable of hiring GNPF-MUI Management to help you with your campaign, book them from now, book them fast. Always hire the best.

Well, if you can't, you have to work your ass off to engage with muslim clerics throughout West Java cities and regencies to work for with you. Make sure that your name is constantly mentioned in Friday prayer sermons by the preachers (it's an efficient campaign). Pay attention, religion is a very important, if not determining, ingredient for you to prevail.

4. Proven Track Records. What the hell is that?
It's boring, you know. We don't need to hear your rational programs, proven track records or whatever you think substantial for usWest Java votersto know or comprehend. No thank you, we're not interested. Seriously, though.

However, we might be interested in gimmicks such Jakarta Singles Card or Kartu Jakarta Jomblo (KJJ), Ta'aruf Corner thing, or Forced Marriage 'Punishment' for People who Date After 9 p.m., etc. Just keep up with something trivial or irrational if you can. We’re lovin’ it!

Please don't talk about your visions on West Java infrastructures, people's welfare, labor and teacher issues, connectivity, digitalization, equality or whatever. They, my friend, are so unattractive. We've had enough thinking hard and critical. We just want to have fun, okay?

Final Word
Now, I challenge West Java voters to prove me wrong in 2018.

Tell me anything. Go on.

Name

Email *

Message *