Read more WTF stuff 👉

Search whatever here 👇

15.4.17

My Girl Band: Anna Prior, Hagar Ben-Ari, Theresa Wayman, Jessica Wolfe, Holly Laesig, and Aurora

  

I believe in God, you know? And I thank him for creating talented female musicians worldwide, these six ladies in particular. If I was given a chance to form a girl band this will be the formation:

1. Anna Prior, Drummer at Metronomy

She is a cooler than you are all combined. Check her out drumming in "The Bay":



2. Theresa Wayman, Guitarist at Warpaint

She has a very distinct style of playing guitar. If you're a regular listener of Warpaint, you'll understand. Check her out jamming here:

 

3. Hagar Ben-Ari, Bassist at the Late Late Show Band with James Corden

Hagar has been successfully making the great Christoph Waltz kissing her hand. Christoph and I seem to have the same understanding on attraction of a girl. Above all, Hagar is a charming bass player. 

Check her jamming session here:

 

4. Aurora, A Part-time Norwegian Fairy, A Full-time Vocalist

This magical creature has been dwelling in my heart for years and years. She must be in the girl band that I want to form!

 

5. Jessica Wolfe and Holly Laesig, Frontwomen at Lucius

Jessica and Holly are pure classic. Their crisp touch of keyboard and lovely harmony of vocals have changed my life. This one is my favorite:


Disagree with my formation? Haha! like you have a better version. I'll be listening (reading?) to yours.

7.4.17

8 Kegagalan @ijey Sebagai Pembicara Seminar


Pada 1 April 2017 saya diundang oleh HIMA ILKOM Universitas Padjajaran untuk menjadi salah satu pembicara di acara Career Development Seminar (CDS) 2017. Tugas saya berdasarkan Terms of Reference (ToR) adalah memperkenalkan profesi konsultan komunikasi strategis/media analyst dan berbagi pengetahuan mengenai skills yang dibutuhkan di pekerjaan itu di depan ratusan mahasiswa tingkat awal program studi ilmu komunikasi Universitas Padjajaran. Para panitia dan pesertanya sungguh sangat luar biasa.

Salah satu skill yang yang saya ajukan untuk menjadi seorang media analyst adalah "Terbuka Terhadap Kritik".

Saya sengaja minta kepada panitia untuk dikirimkan lembar evaluasi, pesan dan kesan karena saya ingin belajar dari cerita kegagalan, mencari kritik yang konstruktif, dan ingin tumbuh lebih baik.

Oleh karena itu, dalam upaya mengamalkan nilai yang saya kampanyekan, being open to criticism, saya telah berhasil meng-highlight setidaknya 8 poin kegagalan saya di mata peserta di sesi tersebut.

Unduh versi lengkapnya di sini (itu juga jika tertarik membaca poin-poin positifnya)

1. Kelompok Termoeda Creative


Saya ingat mengucapkan, "What the hell is a Media Analyst?" ketika memasuki bagian pembuka mengenali profesi itu (yang saya juga sempat bingung di awal masa kerja). Meskipun semakin tua saya merasa semakin butuh mengucapkan swearing words di situasi tertentu, tentu saja yang telah terjadi tidak dapat dibenarkan. Ini merupakan masukkan yang baik sekali untuk saya perhatikan di masa depan. Terima kasih banyak Termoeda Creative!

2. Kelompok Puzzle
Wah, terima kasih banyak atas masukkannya agar saya lebih dapat membagi porsi penjelasan di bagian tertentu dengan lebih baik. Dan, ya, semoga ada lagi pertemuan selanjutnya ya, kelompok Puzzle!

3. Kelompok ProP
Terlalu lama di pembukaan, tidak efisien, kurang fokus, penyampaian materi terlalu cepat, dan kurang mendalam. Kepada kelompok ProP, saya kehabisan kata-kata untuk berterimakasih karena telah menunjukkan banyak aspek dari diri saya yang masih bisa diperbaiki, dan itu semua sangatlah penting. Terima kasih banyak!

4. Kelompok Vovo

Kelompok Vovo memvalidasi masukan sebelumnya yang menyebutkan saya kurang efisien di pembukaan. Terima kasih kepada kelompok Vovo atas masukannya!

5. Kelompok Praneus
Kelompok Praneus kembali menekankan kalau saya kurang memberikan kemudahan dalam memahami materi yang disampaikan, terlalu lama berkutat di profil korporasi hingga akhirnya makna presentasi kurang dapat dirasakan. Ini merupakan PR yang besar bagi saya. Terima kasih kelompok Praneus!

6. Kelompok Daurbaur Sastra
Saya harus dapat mengatur tempo penyampaian materi dan lebih menyederhanakan materi yang berat hingga dapat merangkum poin pentingnya saja, lebih efisien. Ini harus benar-benar saya perhatikan karena aspek ini sebelumnya juga telah disebutkan. Terima kasih kelompok Daurbaur Sastra atas masukannya!

7. Kelompok YES!
Saya harus kembali memperhatikan kualitas jokes yang saya lontarkan ketika presentasi agar tidak garing, tentu saja dibarengi latihan membuat Power Point yang lebih menarik lagi dan menyederhanakan materi. Yes banget untuk kelompok YES! yang sudah memberikan masukkan substansial kepada saya!

8. Kelompok Renderhy
Saya harus mulai secara serius meningkatkan kemampuan membuat slides yang lebih menarik dari desain maupun konten dan menyederhanakan materi yang disampaikan. Kelompok Renderhy telah mengingatkan saya dengan sangat baik. Terima kasih ya!

FINAL WORD
Kritik merupakan hal yang bagi saya harus selalu diterima secara terbuka jika kita masih ingin terus belajar dan tumbuh. Saya sangat berterimakasih atas pelajaran yang diberikan para peserta melalui kritikan konstruktif yang diberikan kepada saya.

Sampai ketemu di lain kesempatan! (dengan versi @ijey yang lebih baik)
  
Unduh versi lengkapnya di sini (itu juga jika tertarik membaca poin-poin positifnya)
 


6.4.17

ADAM: Girlband yang Menyanyi Sambil Orgasme

Di tahun 2014, girlband asal Belanda ADAM meluncurkan sebuah lagu berjudul Go to Go. Lagunya cukup singkat, tapi cukup catchy dan berpotensi membuat kita earworming. Yang spesial dari lagu ini adalah video klip ADAM yang menyanyikan lagu ini sambil dipasangi vibrator (yang sangat beruntung) hingga mereka semua orgasme sepanjang video klip.

Yep, Anda benar sekali, sebelumnya saya pernah menulis tentang "Literatur Histeris: Sastra di Atas Meja, Seks di Bawah Meja." Tuhan terus menerus mempertemukan saya dengan materi seperti ini karena saya tahu ia ingin semakin memperkuat nilai-nilai kemanusiaan saya.

Anyways..

Pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa mereka melakukan ini semua?

Awalnya, ADAM memang terinspirasi oleh project art Hysterical Literature di atas. Itu merupakan inspirasi utama mereka. ADAM juga percaya bahwa adalah sebuah keindahan untuk melihat wanita begitu rapuh dan jujur apa adanya.

"It’s not like we’re dancing half naked in front of a camera for the video, it shows what is really happening to us," kata Ava, salah satu personil ADAM.

"It’s simple and honest because it focuses on our faces instead of cutting to lips and other body parts," tambah personil ADAM lainnya, Suzzane.

Reaksi masyarakat? Oh, bermacam-macam. Ada yang bilang, "apa-apaan sih ini?" "kalau kalian anak perempuan saya tidak akan pernah ada kalian di dalam video itu dari awal," "ah, ini cuma gimmick marketing saja!" dan "bagaimana dengan para lelaki yang ingin melamar kalian?"

Bahkan ada anggapan, kalau para lelaki yang melakukan hal ini, pasti tidak menarik.

"It wouldn’t have the same effect but it would be funny as hell! There is already a parody video to the song where the guys singing cum after ten seconds, which is hilarious to watch," kata Sanne, personil ADAM, menanggapi pernyataan mengenai lelaki bernyanyi sambil orgasme. 

Video parodinya ada di bawah sini:


Di Belanda sendiri, reaksi terhadap video ini cukup positif karena negara tersebut sudah sangat terbuka dengan urusan seksualitas. Tapi, menurut ADAM, bahkan di Amerika Serikat dan Inggris reaksinya malah cukup berbeda. Di Belanda, hal semacam ini dapat diterima sebagai manifestasi kebebasan dalam berekspresi dan art.

Without further ado, ladies and gentlemen, I present to you ADAM with Go to Go!


Untuk membaca wawancara lengkap mereka, klik ini.

Tell me anything. Go on.

Name

Email *

Message *