Purwakarta, usiamu kini telah 184.Tidak semakin bijak, jadi tempat untuk mengumpat.Kau nampaknya sedang tersesat.Segala yang berbau Barat kau sebut “keparat.”Sepertinya kau sedang diasuh dengan penuh siasat.Entahlah, mungkin ini hanya aku punya firasat.Sesat.
Beberapa ribu tahun yang lalu saya pernah menulis dua buah tulisan yang memiliki
nuansa yang sama; yang pertama tentang krisis prioritas dalam mengelola Purwakarta, dan kedua
tentang bagaimana Bupati Purwakarta telah mengajarkan masyarakat Purwakarta arti cinta sejati.
Di dua tulisan tersebut ada perhatian khusus terhadap pesta
yang frekuensi pelaksanaannya cukup tinggi dengan skala yang besar, mewah juga cenderung mubazir,
e.g nasi tumpeng berkahir berserakan di jalan, egrang berserakan dan hanyut di sungai kota, janur lontar dipasang sepanjang jalan protokol dan tidak sustainable, dll.
Fenomena tersebut memunculkan banyak
pertanyaan di kalangan masyarakat, misalnya terkait transparansi, sumber pendanaan
kegiatan, dan lain sebagainya.
Di ulang
tahun Purwakarta yang ke-184 ini saya ingin berbagi tentang bagaimana saya
menyikapi perayaan HUT/festival yang sudah/sedang/akan terjadi di kota kecil tempat
saya lahir, tumbuh dan jatuh cinta ini.
1. Jangan Mengharap Transparansi
Ya, tidak usah. Hanya akan menguras kesabaran jika kita menuntut
transparansi pendanaan sarupaning
festival/perayaan sekaligus terkait
sumber dana yang sah-nya. Namun, apakah wajar jika kita mempertanyakannya?
Sangat wajar. Kita taat bayar pajak. Siapa tau diantara kita ada yang tidak rela pajaknya dipakai hura-hura kelewatan seperti itu, kan?
Tapi, siapalah saya? Saya hanya orang asli Purwakarta biasa yang menurut
UUD memiliki kekuasaan tertinggi di negara karena memiliki hak untuk memilih
wakilnya di parlemen dan pelayannya/Kepala Daerah hingga Presiden. Jangan
sampai terbalik.
2. Pengingat Bahwa Saya Punya Wakil di Parlemen Daerah
Dengan semarak hiruk-pikuk festival/perayaan yang terlalu sering
terjadi, saya jadi teringat bahwa jika pendanaan itu semua berasal dari APBD, maka itu semua telah disetujui oleh para wakil rakyat kita di parlemen daerah.
Dengan kata lain, masyarakat (yang suaranya diwakili oleh orang-orang
yang berasal dari berbagai partai tersebut) harusnya tidak memiliki
keberatan yang berarti mengenai pendanaan di bidang strategis seperti pendidikan, kesehatan,
penanggulangan bencana, pertanian hingga yang trivial seperti pesta-pesta.
Oleh karena itu, memilih wakil rakyat yang memiliki kredibilitas yang
tinggi untuk mewakili kita itu penting. Tidak Golput itu penting. Memberikan
suara kita kepada figur yang memiliki integritas dan komitmen yang tinggi dan
kuat itu penting.
3. Memikirkan Konsep Perayaan HUT yang Transparan, Efektif dan Efisien
Sebagai bagian dari masyarakat yang solutif, saya berkomitmen untuk terus
melakukan riset mengenai hal-hal seperti bagaimana sewajarnya perayaan HUT
sebuah kota sebesar Purwakarta dengan segala pertimbangan demografi dan
sosiologisnya, festival seperti apa yang penting untuk diadakan dan sesering
apa, dan berapa festival sewajarnya dilakukan dalam satu tahun, misalnya.
Dan yang terpenting adalah transparansi pendanaan kepada masyarakat dan
para pemangku kepentingan terkait lainnya. Generasi selanjutnya harus mampu
memberikan akses informasi yang lengkap seluasnya kepada masyarakat untuk
mengunduh APBD maupun uraian pagu anggaran setiap dinas beserta program
kerjanya dalam satu periode, misalnya.
Pada
akhirnya, ketika dihadapkan dengan festival yang sudah bikin enek, kemacetan akibat rekayasa lalu
lintas yang payah di kota, atau kebisingan knalpot kendaraan yang tidak perlu dan tidak
jelas menyambut eupforia party di
Purwakarta, kita semua setidaknya bisa mempertimbangkan untuk memikirkan tiga poin di atas
agar tidak langsung terlarut dalam emosi yang sia-sia.
Sayangilah
energi Anda dengan cara tetap berpikir logis, waras, sehat dan tidak mengikuti
arus yang melantur yang sedang terjadi di jalanan.
Jika Anda
memiliki tips lain untuk menyikapi fenomena di atas, saya akan sangat ingin mendengarnya jika Anda sudi untuk berbagi.
kirim alamat email, sy kirim sumber dana yg anda maksud dibatas. atau anda kirim subjek email ke ibrahimardiwilaga@yahoo.com
ReplyDeleteIni alamat email saya: meizar10@gmail.com
DeleteTerima kasih.
Saya lebih menyoroti kemacetan yg sangat parah saat perayaan ultah purwakarta, rekayasa lalu lintas payah, mau pulang ke rumah aja susah, hrs segera dicari solusinya
ReplyDeleteHalo Magoeng,
DeleteKalau saya memang setiap akhir minggu memilih tidak keluar rumah. Selain pasti keadaannya seperti yang Magoeng gambarkan, saya bertujuan pulang ke Purwakarta untuk "kabur" dari hiruk pikuk ibu kota. Ternyata yang acap kali ditemui malah sebaliknya.
Benar, semoga ada yang memikirkan solusinya.
Salam.