Read more WTF stuff 👉

Search whatever here 👇

30.9.15

Hanya Anda yang Dapat Menyelamatkan Purwakarta di Tahun 2018




Saya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Penyayang bahwa pemilihan Presiden Republik Indonesia yang lalu suka tidak suka telah menumbuhkan—meski belum sepenuhnya secara matang—kepedulian masyarakat umum terhadap politik.
Satu-satunya hal yang menyedihkan bagi saya adalah aroma permusuhan yang terus ‘dibuat’ oleh pihak-pihak Yang Maha Tidak Bertanggung jawab untuk mengadu domba kita bahkan setelah pemilu berakhir.

Sementara itu, Purwakarta akan menghadapi pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada tahun 2018. Hasil dari pemilu tersebut mungkin dapat mengubah keadaan di Purwakarta hari ini menjadi lebih baik dan masuk akal lagi bagi manusia terdidik pada umumnya.

Semua itu tergantung pada Anda (dan tentu saja rida Tuhan Yang Maha Kuasa).

Oleh karena itu, saya, sebagai orang yang lahir, dibesarkan, sekolah, jatuh cinta, patah hati, dan berencana dikuburkan jasadnya di Purwakarta, sangat ingin mengutarakan tiga hal penting berkaitan dengan Pilkada Purwakarta 2018 mendatang (berlaku juga untuk Pemilihan Legislatif juga). 

1. Akibat tidak peduli terhadap politik sosial

Saya mengerti betul kalau tidak semua orang menikmati perbincangan dengan tema politik sosial. Terimalah kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Namun, lebih dari itu saya juga percaya bahwa politik sudah melekat pada diri kita semenjak kita lahir. Politik adalah fitrah kita.

Sebenarnya, kesadaran kita terhadap atau dalam menggunakan kekuatan politik sudah pernah dilakukan bahkan semenjak masa kanak-kanak (apa sekarang Anda sudah dewasa?). Buktinya, kita melakukan bersaing dengan beberapa kandidat lain dan melakukan berbagai manuver untuk mendapatkan perhatian dari calon pasangan kita. Ada yang memakai cara yang romantis, jujur, penuh kasih sayang, hingga—amit-amit—cara yang curang dan kotor.

Terdengar tidak asing bukan? PDKT adalah hal yang politis.

Besar kemungkinan, politik yang selama ini kita lihat, benci dan pahami merupakan politik praktis yang dijalankan oleh orang-orang yang curang dan tidak amanah sehingga membuat politik itu kotorPolitik selama ini yang telah dikotori manusia bukan politik yang serta-merta mengotori manusia.
 
Lalu, apa akibatnya jika kita tidak peduli terhadap politik itu? Kita menutup kemungkinan untuk mewujudkan segala harapan baik yang dibayangkan kemudian dipaksa/terpaksa menerima kenyataan yang sedang dan akan terjadi sebagai konsekuensi.

Dalam konteks PDKT di atas; mungkin kita tidak akan berhasil menjadi pasangannya yang mungkin sebenarnya bisa berlanjut hingga ke pelaminan, juga kemungkinan memiliki keturunan, dan Insha’allah dapat tinggal di rumah yang sederhana nan teduh. Akhirnya, kita dipaksa/terpaksa menerima kenyataan bahwa orang itu akan menjadi pasangan orang lain, menikahinya, memiliki keturunan dan tinggal bersama bahagia selamanya bagaikan Teletubbies.

Kembali ke konteks Purwakarta, kepedulian politik Anda terhadap Pilkada Purwakarta 2018 akan menentukan: 
  • Apakah anak atau saudara Anda harus masuk sekolah jam 6 pagi setiap harinya?
  • Apakah ada ancaman untuk dinikahkan secara paksa jika Anda bertamu lebih dari jam 9 malam?
  • Apakah Purwakarta dan warganya akan kembali diolok-olok oleh berbagai media nasional dan internasional akibat kebijakan yang konyol dan diskriminatif?
  • Apakah pembangunan infrastruktur di Purwakarta akan merata?
  • Apakah Anda dapat menjalani hidup dengan aman, tentram tanpa intimidasi dan bisa tidur nyenyak setiap malam?
  • Apakah Anda selalu harus menghadiri festival kebudayaan ambisius yang trivial?
  • Apakah mencabut izin operasional SMK/STM cukup strategis dan berkelanjutan untuk terus dipakai sebagai solusi menghentikan tawuran?
  • Apakah cukup sehat dan adil untuk berinvestasi di Purwakarta?
  • Apakah masyarakat dapat menikmati ruang terbuka publik dengan semestinya?
  • Apakah Purwakarta akan memiliki bioskop? (mohon maaf, pertanyaan retorikal saya yang ini terlampau tak masuk akal dan hampir mustahil terwujud?
 Dan lain sebagainya.. Jawaban dari itu semua sepenuhnya ada di tangan Anda.



2. Golput untuk pengecut 

Bagi saya, golput hanyalah untuk pengecut. Betapa tidak? Satu suara sangat berpengaruh kepada hasil akhir dari setiap pemilihan umum. Boleh jadi, penentu apakah orang amanah atau tidak yang akan terpilih sebagai Bupati bergantung pada satu suara itu, dan yang menerima akibat setelahnya? Masyarakat.

Setiap kandidat—baik yang benar-benar tulus dan jujur hingga licik, korup, antek-antek pewaris sistem rusak—akan mendorong Anda untuk menggunakan hak pilih. Tentu saja, karena mereka semua telah menyadari betul betapa satu suara pun berarti.

Sejengkel atau sejijik apa pun Anda terhadap politik, pergunakanlah suara Anda kepada salah satu kandidat yang diyakini menawarkan visi dan misi yang sesuai dengan harapan Anda untuk kehidupan di Purwakarta yang lebih baik.

Terlebih, jika Anda Golput/tidak menggunakan hak suara Anda kepada salah satu kandidat, Anda tidak berhak untuk melakukan protes mengenai kondisi apa pun yang terjadi kepada dia yang  nanti terpilih.

Pertanyaan saya, apa yang membuat Anda lebih berhak untuk melakukan protes ketika Anda tidak berpartisipasi dalam pesta demokrasi tersebut dibanding mereka yang benar-benar secara bertanggung jawab menggunakan haknya?

Lalu bagaimana jika pada akhirnya kita benar-benar salah pilih? Namanya juga hidup, banyak salah dalam memilih itu pasti, tidak akan semua pilihan dalam hidup selalu tepat. Kemudian, sebagai pemilih yang dewasa dan bertanggung jawab, kita berhak—bahkan pada titik tertentu wajib—mengeritisi secara sehat, cerdas, damai, dan konstruktif Si Bupati terpilih.

Yang terpenting adalah menjawab pertanyaan “Bagaimana jika pilihan kita semua tepat?”
 
Bahkan, kita masih belum dapat sepenuhnya sepakat akan definisi “tepat” untuk Bupati Purwakarta 2018 itu sendiri. Tepat bagi kita belum tentu tepat bagi orang lain.

Jika definisi “tepat” adalah seorang kandidat mendapatkan 100% suara dalam Pilkada, maka mungkin kita tidak akan pernah mendapatkan kepala daerah yang tepat selama-lamanya. Bukan begitu?

Jadi, tentu saja kita harus menyadari bahwa kita pasti akan tidak sepakat terhadap berbagai macam hal dengan berbagai pihak atau mungkin beberapa orang. Yang terpenting adalah membuka lebar pintu debat atau dialog terbuka dan memanfaatkan pendekatan dialektika tersebut sebagai sarana yang sehat untuk kita berdiskusi demi kebaikan yang lebih baik.

Oleh karena itu, please be a very very smart voter the best you can be, and vote for someone that fits your ideal. 


3. What should we do next then?

Wake up, my dearest Purwakartans! Be prepared to care about and actively contribute in things such as politics, civic engagement, etc, from now.
 
Bangunlah dan mulai peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Pertanyakan banyak hal, jadilah lebih skeptis karena itu akan memudahkan untuk dapat berpikir lebih kritis. Secara bersamaan, banyaklah bermimpi dan memiliki angan-angan mengenai konsep kehidupan di Purwakarta yang lebih manusiawi, beradab, kreatif, prospektif, canggih dan hal positif lainnya.

Mengapa kita mesti berangan-angan? Itu karena kota-kota di belahan bumi lain saja dapat mewujudkannya, mengapa kita tidak?

Meskipun politik belum banyak dianggap sebagai topik yang asyik, saya tetap menganjurkan untuk memperbanyak diskusi secara sehat dengan anggota keluarga maupun teman-teman yang selama ini Anda anggap nyaman untuk hang out (Jangan lupa selfie dan bagikan di seluruh media sosial setelahnya). 

Percayalah bahwa kita akan selalu dapat mencari cara untuk membuatnya asik untuk diperbincangkan; bisa dibalut humor dan lain sebagainya. 

Penutup
Bukanlah maksud saya untuk mengatur hidup Anda, para pembaca yang saya hormati. Tentu saja Anda berhak menganggap semua ini omong kosong. Namun, ingatlah bahwa Anda tidak memerlukan pemerintah untuk menjadi masyarakat, tapi pemerintah memerlukan masyarakat untuk menjadi pemerintah.

Pilihlah mereka yang bertekad melayani Anda sebagai *masyarakat. Hanya anda yang dapat menyelamatkan Purwakarta di tahun 2018.

*Menjadi masyarakat pun mesti baik; taat membayar pajak, mematuhi aturan lalu lintas, peduli terhadap sesama, menolak politik uang, dan mementingkan kepentingan bersama daripada pribadi di masyarakat.

@ijey merupakan bagian kecil dari Jong Purwakarta. Tulisan ini merupakan pandangan pribadinya.


No comments:

Post a Comment

Wanna save the world? Share this piece.

Tell me anything. Go on.

Name

Email *

Message *