Diambil dari Facebook Yana Maliyana |
Yana Maliyana mungkin bukanlah seorang selebriti, tapi jelas sekali bahwa dia adalah seorang artis. Mari kita tidak tersesat dalam pembuat karya seni dan orang yang kebanyakan dikenal karena sensasi.
Lebih jauh lagi, Yana Maliyana-- melalui Yana Mau Nanya yang tidak akan dapat kita lihat lagi di NET.--seolah telah menjadi penjawab banyak pertanyaan yang selama ini mungkin ada di dalam kepala kita namun tidak pernah benar-benar kita ketahui jawabannya.
Siapa yang menyangka kalau penyebab orang kurus yang sulit membuat badannya lebih berisi atau orang gemuk yang sulit mengurangi bobot badannya bukan semata-mata karena alasan genetis atau metabolisme? Bagaimana seorang laki-laki dapat menghabiskan minimal 3 juta rupiah per bulan atas nama male grooming? Atau bagaimana pengaruh musik anak terhadap tumbuh kembang kaum mereka?
Program yang saya anggap sebagai riset sosial di negara yang minim riset ini agaknya belum mampu menembus ketenaran program-program musik pagi, sinetron Turki atau program semacamnya di pertelevisian nasional. Sayang sekali.
Saya mendapatkan keistimewaan untuk bertanya kepada Yana Maliyana pemilik Yana Mau Nanya (YMN), yang sama-sama merupakan alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, untuk menyelami perspektif dia lebih dalam sebagai pelaku media, produser YMN dan manusia.
1. Binatang apakah YMN itu?
YMN merupakan sebuah segmen yang ada di program
berita NET12 yang tayang seminggu sekali dan bertujuan untuk menjawab
berbagai pertanyaan yang ada di benak para penonton. Pada awalnya, topik yang dibahas merupakan current issues dan lebih ke isu-isu metropolitan untuk ditayangkan. Namun, seiring
berjalannya waktu, topik yang dibahas menjadi lebih beragam. Mulai dari isu
sosial, politik, ekonomi, hiburan, kuliner, traveling, dan lain
sebagainya.
Oh iya, konsep mendasar dari YMN adalah, menyampaikan sesuatu yang berat menjadi lebih mudah untuk dicerna, alias disampaikan dengan cara yang santai dan konsep yang fun.
2. Bagaimana cerita dibalik terciptanya YMN?
Sejarah YMN dimulai ketika latihan untuk NET. Mudik
Journey 2013. Saat itu, setiap reporter yang ditunjuk harus latihan
live report mudik dan direkam kemudian di-preview oleh produser. Waktu
itu, saya bukan reporter, melainkan seorang Video Journalist (VJ). Saat teman VJ saya mau ngatur framing, saya jadi objeknya, dan saya
bicara ngawur pake bahasa Arab bagian pembukaan pidato yang sudah saya hafal
betul dari zaman ketika saya di pesantren.
Tak disangka, ternyata bagian itu direkam, dan akhirnya
diputar saat evaluasi bareng. Dari situlah produser melihat bahwa saya memiliki karakter.
Barulah setelah lebaran, saya akhirnya dipanggil lagi oleh produser, dan disuruh liputan partisipatif secara full. Karena masih baru, saya
pun masih kaku. Nah, pas udah beres, naskah diedit produser, pas edit
naskah itulah produser saya memplesetkan nama Yana Maliyana, menjadi Yana
Mau Nanya.
3. Bagaimana proses dan berapa lama pembuatan satu episode YMN hingga layak tayang?
Proses YMN dimulai dengan riset mencari topik
liputan yang hangat saat itu atau topik liputan yang menarik. Kemudian, riset mendalam atas satu topik dilakukan, termasuk
pre-interview dengan narasumber. Proses selanjutnya adalah pitching/presentasi
di depan produser. Biasanya, ada diskusi disini. Ga jarang penolakan ide
liputan juga terjadi dan harus nyari yang baru.
Setelah disetujui, baru deh mengatur jadwal liputan,
termasuk menghubungi narasumber dan izin-izin liputan segala macem.
Disini juga harus sudah bikin rundown liputan dan naskah kasar agar ketika liputan kita tahu mana bagian yang harus diambil. Proses diskusi bersama cameraman
juga dibutuhkan untuk posisi sini, agar sepaham mengenai gambar dan angle yang
diambil.
Baru deh, proses peliputan/shooting. Setelah beres semua, transcript wawancara dan bikin naskah.
Kalo naskah jadi, cameraman memotong dan menyusun gambar sesuai naskah,
sambil menunggu naskah diedit oleh produser. Kemudian masuk editing. Dan tayang.
Proses pembuatan biasanya memakan waktu 2-5 hari.
4. Pernahkah ada episode yang sudah dikerjakan tapi tidak pernah disiarkan hingga sekarang atau gagal tayang?
Sampai sekarang tidak pernah ada yang gagal tayang. Selalu tayang walaupun dengan beberapa evaluasi.
5. Episode apa yang paling berkesan? Mengapa?
Banyak sih. Salah satunya episode Jurnalis Liputan Mudik, karna benar-benar mewakili apa yang dirasakan para jurnalis yang
bekerja pada saat musim mudik. Hasilnya pun memuaskan.
Hmm.. Soal relawan pemadam kebakaran di Palangka Raya juga
jadi yang paling berkesan karena dikerjakan kurang dari sehari dengan
segala dinamikanya. Dan hasilnya pun cukup memuaskan.
Tapi, yang lebih berkesan lagi sih episode pertama, karena,
ga pernah masuk TV sebelumnya sebagai reporter, tiba-tiba harus punya segmen
sendiri.
6. Adakah topik yang selama ini ingin diliput tapi belum sempat dilakukan?
Banyak. Soal fenomena kopi starbak keliling
misalnya. Atau hotel-hotel termewah di Bali misalnya. Atau liputan ke
luar negeri misalnya.
hak foto milik Sindo Weekly |
7. Apa harapan seorang Yana terhadap dunia pertelevisian Indonesia?
To be better. To educate. To be more creative.
However, menjadi bagian dari dunia televisi sudah jadi mimpi sejak lama.
Dan saya memang sudab memantau dunia pertelevisian dari kecil. Dulu seneng
banget pas Gebyar BCA masuk nominasi Asian Television Award karena saya
merasa Indonesia ga kalah sama negara lain. Artinya, acara kita bagus-bagus.
Tapi, belakangan justru ga pernah ada yang masuk karena acara-acara TV di kita saat ini kagak ada yang bener. Beruntung sekarang ada NET. yang memberi harapan baru. Belum tentu bisa banar-benar merevolusi media sih. Seenggaknya harapan buat TV yang lebih baik muncul sedikit. Semoga aja, sang atasan ga kalap duit dan kemudian menanggalkan idealismenya. Amin.
Tapi, belakangan justru ga pernah ada yang masuk karena acara-acara TV di kita saat ini kagak ada yang bener. Beruntung sekarang ada NET. yang memberi harapan baru. Belum tentu bisa banar-benar merevolusi media sih. Seenggaknya harapan buat TV yang lebih baik muncul sedikit. Semoga aja, sang atasan ga kalap duit dan kemudian menanggalkan idealismenya. Amin.
8. Jika boleh dijabarkan, mengapa pada akhirnya YMN tidak diteruskan?
Sebenarnya, kalo menurut atasan sih sama sekali ga
ada masalah dengan YMN ini. Rating masih bagus, packaging masih bagus
juga, karena memberi informasi tapi tetap menghibur. Konten juga masih
banyak yang bisa dibahas.
Tapi, berhenti karena saya pribadi yang minta. Terdengar
tidak dewasa memang. Alasannya karena bosan. Iya, bosan dengan ritme
kerja yang itu-itu aja.
Lebih dari itu, saya takut merasa terlalu nyaman. Saya ingin mencoba sesuatu yang baru, pengalaman baru, di liputan yang lain.
Bagi saya, tulisan ini adalah hal minimal yang bisa saya lakukan untuk mengapresiasi keberadaan program YMN selama ini.
Lebih dari itu, saya takut merasa terlalu nyaman. Saya ingin mencoba sesuatu yang baru, pengalaman baru, di liputan yang lain.
Bagi saya, tulisan ini adalah hal minimal yang bisa saya lakukan untuk mengapresiasi keberadaan program YMN selama ini.
Kita berharap segala yang terbaik bagi Yana Maliyana untuk apa pun yang ia rencanakan di masa depan, terima kasih banyak atas segala kerja kerasnya, dan #KembalikanKartunMinggu
Untuk menonton seluruh episode Yana Mau Nanya, klik di sini.
No comments:
Post a Comment
Wanna save the world? Share this piece.