…bahwa apakah sesungguhnya masyarakat tengah
diseret ke dalam hal-hal yang tidak substansial di Purwakarta?
Apakah kita ini benar-benar serius, hey masyarakat Purwakarta? Frustrasi nih saya.
Debat mengenai isu-isu seperti pengangguran,
ketidakmerataan pembangunan, krisis air dan listrik yang kerap melanda,
intimidasi politik, kekacauan lalu-lintas, ruang terbuka publik (#RIPSituBuleud,
semoga amal ibadahnya diterima di sisi-Nya) dan hal nyata lainnya yang dirasakan
oleh masyarakat Purwakarta malah kalah populer dengan persoalan Sampurasun dan hitung-hitungan kuantitatif/kualitatif
akidah makhluk hina bernama manusia.
Apakah kita ini benar-benar serius, hey masyarakat Purwakarta? Frustrasi nih saya.
Setelah saya membaca wawancara ekslusif Beritagar.id dengan
Bupati Purwakarta—yang
tidak lama lagi akan menjadi Gubernur Planet Venus—Dedi Mulyadi, saya menjadi
berpikir lebih keras lagi bahwa kita memakan ‘umpan’ yang diberikan dan
kemudian terjerumus ke dalam pembahasan hal-hal yang Bupati (dan para konsultannya)
ingin kita membahasnya; isu syirik, kemenyan,
patung, tuduh si anu liberal, bukan liberal, FPI, bukan FPI, LSM, bajigur,
colenak, blablabla, bala-bala, dan blablabla.
Kemudian tenarlah nama Gubernur masa depan Planet
Venus dan Ormas Rock n Roll yang menunggangi Islam akibat percekcokan diantara kita. Sedih enggak sih? Kita ini hanya jadi korban atas perdebatan ga penting
Gubernur masa depan planet Venus dan Ormas Rock n Roll loh. Coba pikirkan
kembali, apa yang kita dapatkan sebagai masyarakat madani Purwakarta dari itu
semua?
Apa enggak
capek kita ini? Mengapa kita tidak
melabeli diri kita sebagai sesama masyarakat Purwakarta yang ingin terus
berkembang namun terkadang memiliki pemikiran/sikap politik yang berbeda di
antara kita? (dan itu adalah sebuah keniscayaan)
Mau sampai kapan sih kita ‘dikendalikan’ oleh
pihak sono dan pihak sini? Sok atuh
geura harudang..
Jadi, perdebatan non-substansi yang kini
berkembang di tengah masyarakat Purwakarta membuat otak kita tidak memikirkan
hal-hal yang lebih strategis yang telah disebutkan di atas. Kita ‘dijebak’
dalam pembahasan yang tidak produktif mengenai hal-hal yang elusif, seperti
agama, filosofi dan kebudayaan.
Lebih jauh lagi, hal jelek seperti ‘perang
saudara’—online mapun offline—di Purwakarta malah semakin
terpupuk akibat perdebatan yang hanyalah Tuhan yang berhak menjadi hakimnya.
Mereka yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, polos, mudah dihasut
dan atau disewa di Purwakarta hanya akan menjadi alat bagi orang-orang yang
memiliki kepentingan di kedua belah pihak.
Manusia Purwakarta, kita masih memiliki kesempatan
untuk memperbaiki arah perdebatan demi Purwakarta yang lebih baik ini. Kita
belum terlambat untuk memulai kembali untuk lebih mengobservasi dan krtisis
terhadap kebijakan-kebijakan publik, budget,
maupun persoalan legislasi yang ada di Purwakarta.
Saya pribadi telah lama menyadari bahwa Bupati
Purwakarta, Dedi Mulyadi merupakan sosok yang sangat konsisten mengabaikan skala
prioritas dalam
memimpin Purwakarta hingga kini. Sudah tahu kan keberadaan Air Mancur senilai
50 miliar di Purwakarta? Tentu saja sejumlah uang itu bukanlah untuk
menyelesaikan persoalan yang langsung disuarakan oleh masyarakat Purwakarta
(bukan akun BOT) melalui #SuaraPWK di media sosial.
Pelajar di Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, masih harus menyeberangi sungai setiap berjalan menuju sekolahnya |
Saya berharap betul pesan dari saya ini dapat dibaca
dan dipahami secara luas—meskipun Followers saya tidak sebanyak @negativisme—oleh
masyarakat Purwakarta pada khususnya, dan pembaca @detikcom
pada umumnya, agar kita bisa lebih berpikir secara non-partisan Like A Boss.
Kita telah diberi hati, jangan terus digunakan
untuk memberi makan emosi, melainkan gunakanlah untuk menjadi pribadi penuh
empati. Kita telah diberikan akal, gunakanlah dengan semestinya untuk berpikir
secara kritis, mengobservasi dan mengupas hal-hal yang dirasa penting di
Purwakarta.
Kami sebagai penduduk planet Venus dengan tegas MENOLAK pencalonan Bapak Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur kami!
ReplyDeleteBtw, tulisan Anda sangat berbobot sesuai dengan perawakan Anda. Saya apresiasi pandangan Anda tersebut. Tapi Saya juga penasaran bagaimana pandangan jajaran orang-orang yang bekerja di bawah beliau (e.g PNS). Coba dong bung ijey sedikit mendalaminya dan utarakan analisa hasil investigasinya. Karena yang Saya amati, jajaran beliau itu termasuk solid. Dan jarang kita jumpai ada "mogok kerja" (kalau memang kinerja Pak Bupati katakanlah teu baleg)
Perwakilan warga planet Venus yang terhormat,terima kasih sudah mampir ke bumi untuk membaca opini ini. Saya tidak berniat mengganggu stabilitas politik Planet Venus, saya berharap semoga penolakan penduduk Planet Venus dapat terbca sinyalnya oleh beliau beserta timnya.
DeleteTerima kasih karena sudah cukup perhatian pada bobot tulisan dan badan saya. Saya kini yakin bahwa keduanya mengalami obesitas. Namun, untuk melakukan investigasi lebih jauh saya tidak memiliki sumber daya yang mumpuni.
Lebih jauh lagi, jika pun para PNS ingin mengutarakan pandangannya, itu harus muncul dari keberanian diri mereka sendiri. Tidak harus ada intervensi saya di sana karena nanti bisa berpotensi bias.
Saya hanya bisa bilang, saya ikut senang jika jajaran Bupati Purwakarta sejauh ini terlihat solid. Namun, yang selalu saya camkan dalam diri, dalam politik (suka tidak suka) tidak ada teman atau musuh selamanya.